Cerita Pagi

angin bersesir
menghembuskan cerita pagi
aku menyedu aroma dalam tubuh kopi
melayangkan rindu di pinggir cawan yang menawan

kumulai merangkai layang
terbang mengawang di atas awan
tanpa kusadari terjatuh di tubuh angin

Pekanbaru, 2017







Rindu

penuh harap bisa bersua
mendamba senja dikala berdua
saat sunset tenggelamkan resah kita

malam pun tiba
kita menyatu tanpa harus bersiteru
seperti pohon menyatu
akar. batang. dan daun

di pundak kekarmu kubersandar
memandangi
perjodohan bulan dan bintang
kita tentramkan mimpi
hingga menutup mata

Pekabaru, 2017


Sajak Korupsi

akar menjalar dari segala upaya
untuk mencapai singasana tahta

serupa pemain sulap
mengibaskan kata:
….bim salami abra kadabra
mengairahkan bak metamorgana

kemenangan kau genggam
setahun berlalu laju
kini keriangan manafasi segala angan

kantong-kantong yang tergerus
mulai kembali kau anggarkan
rakayat lugu kau manfaatkan
atas dasar kesejahteraan dana kau sunatkan

nafsuu mulai mengajari akal picik-licik
setan mulai bisikkan hati-hati yang busuk
korupsi tetap bergerak tak perlu berdasi

Pekanbaru, 2017


Manusia Aneh

aneh –nyeleneh mengada
----manis dibuat pahit
   madu dibuat pahit
sebelas dua belas
rahasia dan kenyataan

aneh dalam kotak
nyeleneh
----malam dibuat siang
   bawah dibuat atas
sebelas dua belas
mimpi dan kenyataan

kau aneh tak mengapa
karena kita beraneka rupa

Pekanbaru, 2017


Memagut Hasrat

dik, kutahu dirimu termenung-menung
matamu sayu dikidung sendu
apa nak risau
bukankah hatimu hatiku
dan jalanmu jalanku

dik, jangan tangisi sebongkah berlian
tak kamu dapatkan
bergembiralah pada mimpi yang kita rajut
akar dan batang saling berpaut

biarkan kita berteduh
walau bunga tidak selalu kita kecap
walau buah tiap musim kita reguk

dik, mari kita jalani
menapaki mimpi ini

Pekanbaru, 2017


Lelah

di bantal kutenggelamkan seluruh wajah
gelap, mengitari relung jagadnya kehidupan
terpikirkan, pesona apa lagi datang besok
atau batu ujian diterawangan mimpi tak bertuan

lelah, tubuhku terguling-guling
kekanan tak jua ada penghibur
pada retaknya muka tembok
kekiri tak jua ada penghias
pada kepingnya gelas kaca

kelu penghabisan
pasrah, lelah sepanjang jalan

Pekanbaru, 2019


Air Mata

mata terus berkedip binar
tanda mimpi bertemu untung, katanya
mitos dilihat seakan sama dan samar
nyata  diraba seakan benar dan salah
antara senyum dan air mata di masa depan

di lorong malam kerlip lampu menghiasi taman
semua lelap di peraduan bulan dan bintang
katak bersautan mengikuti rima rintik hujan
adakah malam menyuguhkan mimpi indah
atau pahit diseduhan kopi tanpa gula

air mata gemericik tanpa jeda
entah mengapa, aku bertanya dalam sunyi
semua tak menentu, tanpa jawaban

Pekanbaru, 2019


Sinaran Mata

sinaran mata, itu
tenggelam di pelupuk hitam kerawan
bertuduhnya deru dan debu liar nan jalang
malam bertanggang dikehidupan malam
menjajal sudut kota, berharap ada yang datang
menanyakan kapan kembali pulang, lupakan

Pekanbaru, 2019


Bumerang

hidup itu pilihan
antara bumerang dan kenyataan
burung pun mengepak sayap terbang menjulang
membubung langit di atas awan hitam
patah-patah sayap berganti kenyataan

bumerang
tak jelas arah tujuan
bergerak tanpa aturan
maafkan aku, Tuhan

Pekanbaru, 2019


Malam Kelabu

menembus kalbu
titik-titik noda sebuah perjalanan
 tak berubah, seperti semisal yang sama
menembus bayangan kaca, kisahnya itu-itu jua

semakin gelisah
pagi pun menjelang
menyingkap tabir embun  
menyudahi ratapan malam kelabu

Pekanbaru, 2019


Gundang yang Usang

selama badan bernapas panjang dan hati mengitari manusia
selalu ada onak duri penghalang, atau cinta kasih bersemayam

dipikirkan air mata terurai. dibiarkan resah menghantui
ia berlalu seiring roda berputar. bagaikan bola salju mengelinding

jangan sesali, hadapi lalu pergi
biarkan ia menjadi gundah yang usang

Pekanbaru, 2019


Pulang

pulang, kembali meniti yang telah redup
jalan setapak nan bergelombang, bergulungkan beban di pundak kawan
menuai, terurai, dan berkembang
pulang, sembunyi dari penat yang terpendam
berdesir sunyi dari perihal yang hal
inikah pulang aku impikan, atau pulang yang malang
pulang hakiki menguburkan dosa lini dan tadi
ilahi jalan abadi. telepas, terhempas, tanpa batas
menunggu kepastian, pulangi roh dan badan dalam bingkai kematian

Pekanbaru, 2019


Baca (an) Hati

memahami  yang tertulis
tersurat pada lisan-lisan insan
ramalan memaknai alam
segala cerita malam
tak berkesudahan

membaca doa
dalam syiar keteduhan
sepenuh bait perasaan
tertumpah di dada
Tuhan, tumpuan harapan

baca (an) hati
tersirat di mata batin
bersihkan saja semua alibi
setan mengarang cerita
segala bisikan tipu daya
gersang nan tandus

Pekanbaru, 2019


Kepada Teman

teman sehati
ceritakan masa-masa getirnya kehidupan
bukankah kita sama, tanpa jeda dan beda
tiada sekat penghalang segala kejujuran
ungkapkan segala suka dan duka melanda
hingga siang dan malam berlalu tanpa henti

kepada teman
jangan simpan perihmu dalam kesendirian
jangan pendam lukamu dalam kehampaan
saling mendoakan di penghujung malam
dikesunyian, ada tangan Tuhan berikan kekuatan
merintih dan menangislah pada sujud paling dalam

kepada teman
jemputlah asa disetiap harapan
dari seru, koma, dan titik penghabisan
hingga Tuhan berkendak kita kembali
kita ukir masa silam
kita datang dalam kebaikan
sebagai manusia yang malang

Pekanbaru, 2019


Kepada Ayah

ayah, kapan engkau pulang
memberi rezeki untuk makan
melahap lauk di nampan malam

azan menyeru bersautan
wujudmu tak juga datang
gelisah mendera dari segala arah
alam sadar tak lagi berpikir panjang
menyusulmu adalah keharusan

 lentera sayup-sayup redup
menyelusuri setiap jejakmu yang hilang
dirimu kaku di bawah pohon rindang
selamanya pergi tanpa pamitan
badan rasa tiada penopang
air mata merintik bergantian

kepada Ayah
inikah akhir pertemuan yang engkau ajarkan
perihal perpisahan datang tak menentu
dari segala penjuru dan pintu
aku rindu mendekap tubuhmu dibait doa

Pekanbaru, 2019


Bangsai Badan

rindu melanda di ruang-ruang sendi
lapuk dahan terhampas angin malam
kemana arah melangkah asa
semua terasa gelap 

bangsai badan
pikir nasib tak menentu
menuju akhir segala impian
menuju hakikat keabadian

bangsai badan
buruk laku anak intan
nun jauh di perantauan

Pekanbaru, 2019


Luapan Emosi Rakyat

semua dari rakyat  kembali ke rakyat
kata penyejuk tak terwujud , pasti
meraka menjerit pilu, karena semua tabu
tak menentu, dibelakang  anu di depan anu

Pekanbaru, 2019


Waktu Senja

ketika matahari menjelang tenggelam
sendi terasa kaku, lelah menguntai tabir
pandanganku membayangkan gelap tanpa bintang
sedangkan sajak-sajakku belum teruai panjang
memaknai hati, memancarkan sinar, tentang metamorgana

waktu senja menggulirkan detik demi detik
anak-anak menggemakan ayat-ayat alam
tentang kesunyian, menyepi mimpi yang belum usai
melumat segala maklumat yang tersematkan
biarlah air mata penentu segala kesalahan

waktu senja, biarkan aku tetap di tempat
sehingga malam memancarkan langit-langit sendu
menggalirkan seuntai sajak-sajak mimpi
melepaskan yang terkungkung suatu waktu
walau  harus jeda, berhenti, atau terulang kembali
satu demi satu menyatu di ufuk yang sama

Pekanbaru, 2019




Cahaya Malam

cahaya masuk ke dalam cangkang
menutupi sinarnya matahari yang memantul
angin menenangkan ruang-ruang udara
mewarnai lampu-lampu jalannya kehidupan
memaknai sajak-sajak penuh misteri di hati

cahaya malam, kuinginkan sinarnya rembulan
menyatukan isyarat semesta alam
bersama rintiknya hujan
kusemai benih-benih jiwa
yang tenggelam

cahaya malam, kurindukan bintang gemintang
berkedip disetiap helaan napas panjang
dibatas lorong-lorong penyesalan
menyejukkan jiwa-jiwa rindu
sehingga pagi menjelang embun

Pekanbaru, 2019





Semua Tentang Cinta

cinta bukan cerita baru
bertemu dari pandangan mata
menyentuh kalbu, lalu menyatu

cinta tak pernah menunggu waktu
untuk mengungkapkan aku rindu kamu
karena diksinya cuma satu i love you

semua tentang cinta
tentang siang dan malam
tentang sendok dan garpu
menyatu di ufuk sunrise dan sunset
bertemu di lumatan dua bibir, tanpa henti

semua tentang cinta
teruai dalam diksi yang bergelombang
menuai rindu disetiap sendi-sendinya 
ceritanya tak  akan usai menggoda khayalan
bersama munajad doa pada Ilahi Rabbi

Pekanbaru, 2019



Sujud Terakhir

aku berdiri di atas sajadah usang
melantunkan bacaan dalam makna doa
menyapa sang pemilik alam semesta raya
tubuh gemetar, badan menggigil lirih atas dosa
gerakan bergantian dari sesal menuju rahmat Tuhan

takut terhenti di ruku’ pertama
sedangkan sujud pertama belum usai
sedangkan klimak doa tak juga dirasakan
mata memerah rona bagaikan api bara
meredam sesal terus menggerus tandus

harapan setiap kekuatan sendi-sendi
menyelesaikan semua masalah asa dan cita
kusimpan lama, mengendapkan air mata
memohon sujudku terulang esok dan lusa
di sujud terakhirku kumelebur lara air mata

Pekanbaru, 2019





Bersama Kamu

bersama kamu adalah waktu
seperti jarum jam mengitari lingkarannya
terus berganti nama pagi menjadi siang dan malam
namun dia selalu sama, tak akan pernah berubah
walau panas, hujan, dan mendung mendekat

bersama kamu adalah rindu
terus tercurah di atas gelas-gelas kaca
seperti malam merindukan pagi berembun
melegakan haus dahaga, meleburkan panas bara
walau ku tak tahu rindu bertemu peluk atau malah kesunyian

bersamamu adalah anugerah
kasih sayang dibelaian cita rasa makna
seperti dunia milik pujangga dan diksinya
menyatukan irama goresan sajak-sajak pulang
walau tak menemukan ruang pojok dan sudutnya

bersamamu adalah warna
pelangi di petang hari
menuju senja
selamanya

Pekanbaru, 2019




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KURIKULUM, KENAPA TIDAK!