GURU KREATIF! “MENEMUKAN METODE BARU”
Kegiatan belajar
mengajar melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur
lingkungan belajar yang bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan
pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program
pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu yang tidak pernah guru
tinggalkan adalah, bagaimana kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang
ikut ambil bagian keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir
yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tetapi nyata; dan betul-betul
dipikirkan oleh guru
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik
mampu berkonsentrasi dalam waktu relatif lama. Daya serap anak didik terhadap
bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat ada yang sedang, dan
ada yang lambat. Faktor inteligensi mempengarui daya serap anak didik terhadap
bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. cepat lambatnya penerimaan anak didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang
bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai. Terhadap perbedaan daya
serap anak didik sebagaimana tersebut diatas, memerlukan strategi pengajaran
yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya.
Saya akan mengilustarisikan sebuah metode baru yang saya
temukan dari sebuah kisah filmnya habibie dan ainun. Metode ini cukup menarik
perhatian anak didik karena siapa yang tidak kenal dengan filmnya habibie dan
ainun mulai dari orang dewasa sampai anak-anak. Metode ini saya bagi kepada dua
kelompok sesuai jendrenya yaitu kelompok habibie yang semuanya adalah siswa
laki-laki, kemudian kelompok ainun yang semuanya siswi perempuan. Kedua
kelompok ini yang semulanya harmonis saya buat berlawanan untuk mendapatkan
nilai dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah direncanakan. Kelompok
habibie tidak mau kalah mungkin mereka merasa laki-laki adalah pemimpin harus
menang. Sedangkan kelompok ainun juga tidak mau kalah walaupun mereka perempuan
tidak boleh kalah dari laki-laki. Suasana jadi riang dalam batas wajar yang
tentunya tidak lepas dari kontek proses belajar mengajar.
sebelum proses kelompok ini dimulai maka kedua kelompok
tersebut saya beri kesempatan untuk mengulang pelajaran yang telah diajarkan
sebelumnya selama sepuluh menit. Setelah itu saya membagi papan tulis menjadi
dua dengan batas garis vertikal. Kelompok satu adalah kelompok habibie
sedangkan kelompok kedua adalah kelompok ainun. Kemudian saya intruksikan anak
didik untuk memasukkan semua perangkat belajar kedalam tas. Setelah itu saya
buat soal di papan tulis dengan pilihan ganda, kemudian jawabannya saya
tanyakan pada kelompok hebibie yang pertama. Jawaban kelompok habibie saya
nyatakan dengan opsi yang terbanyak, jika jawabannya betul maka kelompok
habibie dapat nilai sepuluh jika jawabannya salah maka pertanyaan tersebut
dilemparkan kepada kelompok ainun untuk menjawab. Jika kelompok ainun benar
maka maka dapat nilai sepuluh, dan jika salah maka berlanjut pada pertanyaan
selanjutnya untuk kelompok ainun sampai seterusnya.
Dari sepuluh pertanyaan yang ditetapkan bisa juga lebih
disesuaikan antara ketepatan jam pelajaran sampai pada kesimpulan. Dari semua
lokal yang saya terapkan kebanyakan hasil nilainya sama. Metode ini mengajarkan
beberapa nilai kepada kelompok habibie bahwa kelompok ainun tidak boleh
diremehkan. Kemudian kepada kelompok ainun walaupun mereka mampu tetapi mereka
harus tetap menghormati kelompok habibie sebagai pemimpin. Sesuai dengan
kisahnya habibie yang menghargai ainun sebagai perempuan, begitupun ainun
walaupun dia mampu dalam berbagai hal namun ainun tidak lupa pada kodratnya dan
tetap menghormati habibie. Secara substansi dari metode ini adalah untuk
menghilangkan kebosanan siswa dalam mendengar ceramah guru, mencatat, dan
menulis.
Metode pengajaran yang saya temukan dalam bentuk kelompok
tersebut belum tentu ampuh seratus parsen. Karena setiap metode pengajaran yang
diterapkan selalu ada kelebihan dan kekurangannya. Terlepas dari itu, kita
sebagai guru hendaknya lebih kreatif dalam menemukan suatu metode yang baru
tentunya untuk menghindari kebosanan siswa dalam belajar, guru tidak takut
untuk menerapkannya dan kalau bisa dipatenkan sebagai produk metode yang kita
ditemukan.
Terbit di Forum Guru Riau Pos Tahun 2013
Komentar
Posting Komentar