SISWAKU, KALIAN ITU UNIK!
 Oleh :Syalma Hendri

            Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi, guru dan  siswalah yang mengerakkannya. Guru tentu ingin memberikan layanan yang terbaik bagi siswa, dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan siswa. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami siswanya dengan segala konsekuensinya. Begitupun sebaliknya siswa tentu juga menginginkan guru yang bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mengairahkan dan tidak membosankan.

            Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bujaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan siswa. Pandangan guru terhadap siswa akan menentukan sikap dan perbuatan. Guru yang memandang siswa sebagai pribadi yang berbeda dengan siswa lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang siswa sebagai makhluk yang sama tidak ada perbedaan dalam segala hal.

            Seorang guru yang menghadapi beberapa orang siswa di kelas, sebenarnya bukan hanya menghadapi ciri-ciri satu orang siswa, tetapi juga menghadapi beberapa perangkat ciri-ciri siswa. Tiap orang siswa memiliki pembawaan-pembawan yang berbeda, menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarganya yang masing-masing juga berbeda. Dengan demikian adalah wajar apabila setiap siswa memiliki ciri-ciri tersendiri. Ada siswa yang badannya tinggi kurus, atau pendek gemuk, cekatan atau lambat, kecerdasan tinggi, sedang atau rendah, berbakat dalam beberapa mata pelajaran, tetapi kurang berbakat dalam mata pelajaran-mata pelajaran tertentu, tabah dan ulet atau mudah putus asa, periang atau pemurung, bersemangat atau acuh tak acuh, dan sebagainya.

            Perbedaan itu nyata, unik, dan mengesankan. Sebetulnya banyak cara untuk mempelajari setiap karakter siswa. Pada waktu itu ada tiga orang siswa saya yang cabut sehabis pelajaran, mereka tidak berdoa dan salim terlebih dahulu pada saya. Waktu itu saya diam dan tidak marah pada mereka, ternyata dalam diam tersebut timbul beberapa reaksi dari mereka. Siswa yang pertama langsung minta maaf karena merasa bersalah, siswa yang kedua acuh tak acuh seakan tidak ada masalah, dan siswa yang ketiga diam saja mungkin takut kena marah. Ketika muncul tiga karakter siswa tersebut maka terbuka wawasan saya untuk menanggani ketiga karakter ini. Guru yang memandang setiap siswa itu sama tentu marah yang didahulukan, kenapa? karena belum memahami dan mempelajari perbedaan karakter dari ketiga siswa tersebut.

            Marah pada siswa apalagi sampai mengeluarkan kata-kata makian bukanlah jalan keluar ketika siswa melakukan kesalahan. Misalnya siswa memecahkan kaca ketika mereka main bola. Sebagai guru yang baik tentu tidak akan marah tetapi terlebih dahulu menjelaskan dan memberikan pengertian apa itu pecah, karena mereka belum mengerti apa itu pecah yang sesungguhnya. Kelas yang ribut dalam artian tanda kutip bukan berarti siswa tidak belajar, banyak guru yang bangga dengan kelas yang tenang dengan segala intimidasi kepada siswa dengan mengenyampingkan segala apresiasi siswa.

            Tentu saya ingin mengatakan, saya rasa para guru juga ingin dikatakan kata tersebut. Siswaku, kalian itu unik! Dengan semua karakter yang siswa punya diharapkan guru lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode, menggunakan media, dan pemberian bimbingan yang bervariatif.


Terbit di Forum Guru Riau Pos Tahun 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KURIKULUM, KENAPA TIDAK!