PENTINGNYA ICE BREAKING DALAM PEMBELAJARAN
Oleh: Syalma Hendri
Semua guru tentunya pernah mengalami situasi belajar yang beku, jenuh, dan membosankan. Ini terjadi biasanya pada jam terakhir, penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi belajar siswa hanya bisa bertahan di kisaran 20 sampai 30 menit, dan kreatifitas guru yang masih menoton dengan metode ceramah. Melihat kondisi seperti itu, siswa melampiaskan dengannya dengan mengobrol atau membuat gaduh di kelas.
Jika guru tidak mensiasati dengan cermat, maka guru akan jadi kebingungan. Diantara guru tetap saja menyampaikan materinya meskipun suasana belajar siswa tidak kondusif. Ada guru yang memaksa diam untuk mengikuti pelajaran dengan tertib. Biasanya cara-cara tersebut akan merusak mental siswa, membuat mereka membenci pelajaran, dan bahkan sampai membenci gurunya tersebut.
Maka Ice Breaking adalah salah satu solusi bagi guru. Ice breaking, ada yang menyebutnya dengan “energizer” atau “refocus” merupakan teknik-teknik yang digunakan dalam suatu forum pelatihan, seminar, pertemuan, KBM, atau meeting untuk memecah kebekuan, kejenuhan, sehingga kembali terkonsentrasikan. Ice breaking bagian peralihan situasi dari membosankan, mengantuk, dan jenuh menjadi rileks, semangat, dan perhatian. Dalam proses belajar mengajar adanya rasa senang dan perhatian dari siswa untuk mendengarkan guru mengajar di depan kelas.
Mengapa perlu ice breaking? Kita tahu bahwa beragamnya kondisi siswa sebelum mulai proses belajar mengajar, keterbatasan konsentrasi siswa dalam meyerap informasi, dan kejenuhan siswa mengikuti proses belajar mengajar dari pagi sampai sore. Maka ice breaking bagian dari proses belajar, sebagai penambah energi sebelum materi diberikan, memecah kebekuan, memberikan pencerahan, membangkitkan gairah sehingga memberikan kesan menyenangkan dalam belajar.
Ice breaking yang bisa digunakan guru dalam pembelajaran bermacam-macam. Mulai dari teka teki, homor lucu, yel yel, gerakan tubuh, menyanyi, senam otak, tepuk tangan, dan permainan. Guru dapat melakukan ceramah pembuka yang pada hakikatnya menjelaskan pentingnya kerja sama dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk ambil andil memecahkan persoalan praktis sehari-hari. Permainan adalah ice breaking paling disenangi siswa untuk membangun kerja sama, membangun kreatifitas, dan imajinasi.
Tujuan ice breaking adalah mengarahkan otak berada pada kondisi gelombang alfa, membangun kembali suasana belajar agar serius, santai, dan menyenangkan, serta menjaga stabilitas kondisi psikis maupun fisik siswa.  Sedangkan manfaat ice breaking adalah terjadinya proses penyampaian dan penyerapan informasi secara optimal dan maksimal, tumbuhnya motivasi para guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, dan menguatkan hubungan antara guru dan siswa.
Ice breaking bisa dilakukan diawal, ditengah, dan diakhir pembelajaran. Diawal untuk menyengarkan otak siswa dalam menerima materi disampaikan guru. Ditengah, untuk menghilangkan rasa kantuk, jenuh, dan bosan siswa. Diakhir, untuk refleksi materi yang telah disampaikan. Ice breaking bisa guru ciptakan sendiri, dari teman guru, ikut trainer,  dan dari siswa itu sendiri. Ice breaking yang baik itu, tersusun dengan rapi, langkah-langkahnya jelas, dan kreatifitas penggunaannya.  

Dari paparan diatas, maka guru perlu memikirkan kreatifitas penggunaan ice breaking dalam proses belajar mengajar. Sehingga hubungan guru dan siswa dalam interaksi belajar mengajar tetap dalam kondisi kondusif, semangat, dan menyenangkan. Tidak sebaliknya yaitu kegagalan, penolakan, dan pemberontakan, antipati siswa terhadap guru. Baik terhadap materi yang disampaikan, ide-ide yang dimunculkan, serta gagasan-gagasan yang dilakukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KURIKULUM, KENAPA TIDAK!